Selasa, 13 Mei 2014

ANALISIS BALADA SUMILAH



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NU INDRAMAYU
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ABDURAHMAN
IKLIMAH
PUTRI INDRIA LESTARI
UNES
USWATUN KHASANAH

 
ANALISIS NASKAH DRAMA BALADA SUMILAH

Menentukan unsur-unsur drama dalam naskah drama “Baladah Sumilah, antara lain sebagai berikut:
1.      Tema
Dalam “Balada Sumilah” bertemakan cinta yang ternoda fitnah. Samijo tidak percaya pada pengakuan Sumilah, kalau memang Sumilah masih suci. Terbukti pada dialog saat ditanya Nenek Suci Hasan Ali;
Nenek Suci Hasan Ali : Duhai diperkosa dikau anak perawan?
Sumilah                         : Belum lagi! Demi air daraku merah belum lagi!
                                      Takutku punya dorongan tak tersangka
                                      Tersungkur ia bersama nafsunya kesumur
Berikut ini dialog Samijo yang tidak percaya pada pengakuan Sumilah dan mengutuknya:
Samijo             : -Jadilah perempuan mandul kerna busuk rahimmu
                          Jadilah jalang yang ngembara dari hampa ke dosa
                          Aku kutuki kau demi kata putus nenek moyang!







2.      Dimensi Tokoh
a)    Dimensi Fisiologis
Ø  Nenek Suci Hasan Ali : Wanita tua yang berusia di atas 75 tahun
Narator 2 : Dengan bongkok berjalan nenek suci Hassan Ali
Ø  Sumilah : Seorang gadis perawan, cantik, putih dan berusia 20 tahunan
Nenek Suci Hasan Ali :-Duhai diperkosanya dikau anak perawan!
Ø  Samijo : Berusia 25 tahunan

b)   Dimensi Sosiologis
Ø  Nenek Hasan Ali : Rakyat biasa
Ø  Sumilah : Seorang gadis desa dan rakyat biasa
Ø  Samijo : Seorang pejuang dari rakyat biasa
Narator 2 : Samijo berperang dan mewarnai malam
c)    Dimensi Psikologis
Ø  Nenek Suci Hasan Ali : Penyebar fitnah (gosip)
Ø           Sumilah : setia pada pasangan, baik hati, sabar, lemah lembut, dan mampu menjaga kehormatannya. Dialognya sebagai berikut :
Sumilah : Belanda berbulu itu membongkar pintu
                 Dikejar daku putar-putar sumur tapi kukibas dia
Sumilah : Takutku punya dorongan tak tersangka
                 Tersungkur ia bersama nafsunya kesumur
Ø           Samijo : Bertempramen buruk, pemarah, kasar, pendendam dan mudah percaya omongan orang walau tanpa bukti. Berikut ini dialog Samijo saat menyakiti Sumilah :
Samijo             : -Jadilah perempuan mandul kerna busuk rahimmu
    Jadilah jalang yang ngembara dari hampa ke dosa
    Aku kutuki kau demi kata putus nenek moyang!
  1. Perwatakan
Perwatakan atau sifat dibagi menjadi empat macam, antara lain yaitu berkembang, statis, pembantu, dan serba bisa. Di sini penulis akan mencoba menerapkan perwatakan tersebut pada tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama balada sumilah.
a)    Berkembang, maksudnya ada perubahan karakter pada tokoh tersebut, Samijo (antagonis) mengalami perubahan, sebelum dia mendengar kabar angin bahwa Sumilah sudah tidak perawan dia masih mencintai atau baik pada sumilah, tapi setelah mengetahui kabar angin tersebut sikapnya berubah menjadi jahat terhadap Sumilah.
b)   Statis, maksudnya tidak ada perubahan karakter pada tokoh tersebut, Sumilah (protagonis) tidak mengalami perubahan dari naskah dialog balada sumilah tersebut, karena dari awal cerita sampai akhir dia tetap mencintai Samijo.
c)    Pembantu, Nenek Suci Hasan Ali sebagai titragonis karena hanya tampil satu kali dan tidak muncul lagi dalam penggaalan-penggalan dialog tersebut.
4.      Klimak dan Ending
a)    Klimaks pada naskah drama ini terdapat dalam dialog berikut :
Sumilah        : -Suaramu berkabar kau Samijo, Samijoku
                Daku Sumilah yang malang, Sumilahmu
Samijo          : -Tiada kupunya Sumilah. Sumilahku mati!
Dialog di atas merupakan klimaks dari “Balada Sumilah” karena pada saat it Sumilah bertemu dengan kekasihnya yaitu Samijo tetapi, Samijo menolaknya karena Samijo percaya pada kabar yang mengatakan bahwa Sumilah ternoda.
b)   Ending dari Balada Sumilah terdapat pada dialog terakhir dan diawal yaitu pada saat Samijo ditemukan meninggal karena berjuang melawan Belanda dan Sumilah menjadi gila lalu ditemukan meninggal di dasar sungai, dan akhirnya roh Sumilah meratap memanggil nama Samijo.
5.      Dialog (bahasa yang digunakan)
Dialog drama ada yang realistis komunikatif (bahasa sehari-hari), tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita. Dalam naskah drama ini dialog yang digunakan memakai bahasa yang tidak realistis, susah dipahami, dan lebih banyak tersirat dari pada tersurat, karena menggunakan simbolik dan penuh dengan estetik. Sebagai buktinya :
-Daku Sumilah daku mendukung duka
Maksudnya, aku Sumilah, aku sedang bersedih
Dikejar daku putar-putar sumur tapi kukibas dia
Maksudnya, aku dikejar-kejar mengitari sumur namun aku berhasil melawannya
6.      Alur (waktu, tempat dan suasana)
Ø Waktu
·      Siang (Waktu siang mentari menyedap peluh)
·      Malam (Malam muntahkan serdadu Belanda dari utara)
·      Pagi (Kokok ayam jantan esoknya bukanlah tanda menang)
Ø Tempat
·      Kuburan (Datang yang berkabar bau kemboja, dari sepotong bumi keramat di bukit)
·      Hutan jati (Noda Sumilah terpahat juga di hutan-hutan jati)
·      Sumur (Dikejar daku putar-putar sumur tapi kukibas dia, Tersungkur ia bersama nafsunya kesumur)
Ø Suasana
·      Mencekam (Dengan kembang-kembang api jatuh peluru meriam pertama, malam muntahkan serdadu Belanda dari utara, tumpah darah lelaki)
·      Sedih (Roh Sumilah meratap dikungkung rindunya, Sedihlah yang bercinta kerna pisah, Lebih sedihlah bila noda terbujur antaranya, merataplah semua meratap, kerna yang mati menggenggam dendam)
7.      Pesan atau Amanat
a)    Selama berpisah dari pasangannya, seorang perempuan harus menjaga kehormatannya dan kesetiannya.
b)   Bagi pasangan yang dipisahkan waktu dan jarak seharusnya saling menaruh percaya dan menjaga kepercayaan pasangannya, jangan mudah terprofokasi oleh kabar atau berita yang tidak ada buktinya
c)    Cinta tidak harus memiliki, ini berarti tidak seharusnya berakhir dengan kematian apabila tidak kesampaian. Masih ada yang lebih penting lagi selain urusan cinta dalam kehidupan, seperti keluarga, karir, pendidikan dan lain-lain.
8.      Interpretasi kehidupan
Pengaplikasiannya dalam era sekarang sesuai dengan tiga point dari pesan atau amanat tersebut.

Senin, 12 Mei 2014

PUISI : ANGIN

ANGIN

pecamkan mata
rasakan dai datang dari sela-sela kehidupan
dia tak berwarna
tak berbau
tak berbentuk dalam sendiri
bahkan wujudnya siapa tahu?

salah satu kenikmatan kecil-Nya
nikmat yang jika disyukuri
akan mengundang nikmat lain
tenang dan begitu damai

karena ibarat hati dan perasaan
tahukah anda bagaiman perasaan?
ini rasaku
menikmati kebesaran-Mu

IQ5H_45QI

PUISI : TENTANG RASA

TENTANG RASA

Dirasa pahit
Dikunya sakit
Tak dirasa tersahut kecewa
Meninggalkan, menambah masalah

Menghadapi aku belum tahu
Dihadapi memuncahkan emosi
Bara yang padam akan berkobar lagi
Jikalau tersulut lidah yang tak bertulang

Membasuh dengan air suci
Menengadahkan memohon diri
Dalam embun-embun mata
Terucap kata yang tersusun membentuk do'a

IQ5H_45QU

PUISI : PARADOKS HIDUP

PARADOKS HIDUP

Hitam putih
Rendah tak meninggi
Tinggi tak merendah
Acuh dalam kepentingan

Gambaran hidupku
Tak dari orang kaya
Orang kaya berawal dari ku
Tak sama namun sepadan

Depan samping
Belakang samping
Kenapa bukan depan dengan belakang?
Kalau begitu, samping milik siapa?

Meninggi tak sama halnya dengan padi
Seperti ilalang indah
di musim peghujan
Tumbuh dengan pesat
Dalam pertentangan
IQ5H_45QI

Minggu, 11 Mei 2014

CHAIRIL ANWAR



CHAIRIL ANWAR
Ø  Lahir di Medan tanggal 22 Juli 1922
Ø  Pendidikan
MULO (SMP) tidak sampai selesai, kemudian Chairil pindah ke Jakarta
Ø Hoby Chairil Anwar
Suka membaca dan belajar sendiri sehingga tutilsan-tulisannya matang, padat dan berisi.
Ø Awal di dunia seni
·    Chairil Anwar masuk di dunia seni pada masa Jepang
·    Dia dikenal bukan karena sajak-sajak yang dipesan Jepang, tetapi karena sifatnya yang ekstrim yang tidak mau dikuasai oleh Kantor Pusat Kebudayaan
·    Bahkan dia mengejek kawan-kawannya yang ada di Kantor Pusat Kebudayaan
·    Semasa hidupnya ternyata Chairil Anwar seorang plagiat dari judul sajaknya “Datang Dara Hilang Dara” yang ternyata sajak Hsu Chih Mo “A Song of the Sea”
·    Akibatnya, terjadi pro dan kontra
·    H.B Jasin mencoba mempertahankan dengan alasan karena ekonomi dan keuangan
·    Setelah Beliau wafat, muncul kembali tentang plagiat, karena ada sajak-sajak orang yang dikutipnya, namun dia tidak mencantumkan sumbernya.
·    Seperti,” Karawang Bekasi” ternyata sajak dari Archibald Macleish “ The Young Dead Souldiers”
·    “Kepada Peminta-minta” dan Rumahku
·    Pada tahun 1948, Chairil menerbitkan dan memimpin Redaksi Gema Suasana, tetapi tidak lama ia meninggalkan dengan alasan ia tidak bisa berlama-lama di kantor.
Ø  Karakter Chairil Anwar
·      Dari sajak-sajak dan esainya dapat dilihat bahwa Chairil ini orang yang bebas dan secara demonstratif dia menentang aturan/sensor Jepang, karena hal ini, Dia menjadi incaran Kenpeitai (Polisi rahasia Jepang, yang jahat dan kejam)
·      Sajak Aku merupakan gambaran dirinya
·      Dalam sajak tersebut, dia menyebut dirinya dengan sebutan “Binatang Jalang”
·      Sangat mencintai tanah air dan bangsanya (Diponegoro, Karawang Bekasi, Persetujuan Bung Karno, Siap Sedia, Cerita dien Tamala dan lain-lain)
·      Keagamaanya juga dia tunjukkan dalam sajaknya yang berjudul “Doa” dan “Isa”.
·      Chairil beragama Islam, tetapi membuat sajak tentang kepercayaan orang kristen (ISA), berarti dia dapat menyelami hidup bukan hanya terhadap diri sendiri melainkan orang lain bahkan agama lain.
Ø Meninggal dunia pada tanggal 28 April 1949, di rumah sakit umum Jakarta karena tipus dan penyakit lain.
 

Aku (Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi