SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NU INDRAMAYU
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ABDURAHMAN
IKLIMAH
PUTRI INDRIA LESTARI
UNES
USWATUN KHASANAH
ANALISIS NASKAH DRAMA BALADA SUMILAH
Menentukan unsur-unsur drama dalam naskah drama “Baladah Sumilah,
antara lain sebagai berikut:
1.
Tema
Dalam “Balada Sumilah” bertemakan cinta yang ternoda fitnah. Samijo
tidak percaya pada pengakuan Sumilah, kalau memang Sumilah masih suci. Terbukti
pada dialog saat ditanya Nenek Suci Hasan Ali;
Nenek Suci Hasan Ali : Duhai diperkosa dikau anak perawan?
Sumilah :
Belum lagi!
Demi air daraku merah belum lagi!
Takutku
punya dorongan tak tersangka
Tersungkur
ia bersama nafsunya kesumur
Berikut ini
dialog Samijo yang tidak percaya pada pengakuan Sumilah dan mengutuknya:
Samijo : -Jadilah perempuan mandul kerna busuk rahimmu
Jadilah
jalang yang ngembara dari hampa ke dosa
Aku
kutuki kau demi kata putus nenek moyang!
2.
Dimensi
Tokoh
a)
Dimensi
Fisiologis
Ø Nenek Suci Hasan Ali : Wanita tua yang berusia di atas 75
tahun
Narator 2 : Dengan bongkok berjalan
nenek suci Hassan Ali
Ø Sumilah : Seorang gadis perawan, cantik, putih dan berusia 20 tahunan
Nenek Suci Hasan Ali :-Duhai diperkosanya dikau anak perawan!
Ø Samijo : Berusia 25 tahunan
b)
Dimensi
Sosiologis
Ø Nenek Hasan Ali : Rakyat biasa
Ø Sumilah : Seorang gadis desa dan rakyat biasa
Ø Samijo : Seorang pejuang dari rakyat biasa
Narator
2 : Samijo
berperang dan mewarnai malam
c)
Dimensi
Psikologis
Ø Nenek Suci Hasan Ali : Penyebar fitnah (gosip)
Ø
Sumilah
: setia pada pasangan, baik hati, sabar, lemah lembut, dan mampu menjaga
kehormatannya. Dialognya sebagai berikut :
Sumilah : Belanda berbulu itu membongkar pintu
Dikejar daku putar-putar sumur
tapi kukibas dia
Sumilah : Takutku
punya dorongan tak tersangka
Tersungkur
ia bersama nafsunya kesumur
Ø
Samijo
: Bertempramen buruk, pemarah, kasar, pendendam dan mudah percaya omongan orang
walau tanpa bukti. Berikut ini dialog Samijo saat menyakiti Sumilah :
Samijo :
-Jadilah perempuan mandul kerna busuk rahimmu
Jadilah
jalang yang ngembara dari hampa ke dosa
Aku
kutuki kau demi kata putus nenek moyang!
- Perwatakan
Perwatakan
atau sifat dibagi menjadi empat macam, antara lain yaitu berkembang, statis,
pembantu, dan serba bisa. Di sini penulis akan mencoba menerapkan perwatakan
tersebut pada tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama balada sumilah.
a)
Berkembang,
maksudnya ada perubahan karakter pada tokoh tersebut, Samijo (antagonis) mengalami
perubahan, sebelum dia mendengar kabar angin bahwa Sumilah sudah tidak perawan
dia masih mencintai atau baik pada sumilah, tapi setelah mengetahui kabar angin
tersebut sikapnya berubah menjadi jahat terhadap Sumilah.
b)
Statis,
maksudnya tidak ada perubahan karakter pada tokoh tersebut, Sumilah
(protagonis) tidak mengalami perubahan dari naskah dialog balada sumilah
tersebut, karena dari awal cerita sampai akhir dia tetap mencintai Samijo.
c)
Pembantu,
Nenek Suci Hasan Ali sebagai titragonis karena hanya tampil satu kali dan tidak
muncul lagi dalam penggaalan-penggalan dialog tersebut.
4.
Klimak
dan Ending
a)
Klimaks
pada naskah drama ini terdapat dalam dialog berikut :
Sumilah : -Suaramu berkabar kau Samijo, Samijoku
Daku
Sumilah yang malang, Sumilahmu
Samijo : -Tiada kupunya Sumilah. Sumilahku mati!
Dialog di atas merupakan klimaks
dari “Balada Sumilah” karena pada saat it Sumilah bertemu dengan kekasihnya
yaitu Samijo tetapi, Samijo menolaknya karena Samijo percaya pada kabar yang
mengatakan bahwa Sumilah ternoda.
b)
Ending
dari Balada Sumilah terdapat pada dialog terakhir dan diawal yaitu
pada saat Samijo ditemukan meninggal karena berjuang melawan Belanda dan
Sumilah menjadi gila lalu ditemukan meninggal di dasar sungai, dan akhirnya roh
Sumilah meratap memanggil nama Samijo.
5.
Dialog
(bahasa yang digunakan)
Dialog
drama ada yang realistis komunikatif (bahasa sehari-hari), tetapi ada juga yang
tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan
dengan karekter tokoh cerita. Dalam naskah drama ini dialog yang digunakan
memakai bahasa yang tidak realistis, susah dipahami, dan lebih banyak tersirat
dari pada tersurat, karena menggunakan simbolik dan penuh dengan estetik.
Sebagai buktinya :
-Daku
Sumilah daku mendukung duka
Maksudnya,
aku Sumilah, aku sedang bersedih
Dikejar daku
putar-putar sumur tapi kukibas dia
Maksudnya,
aku dikejar-kejar mengitari sumur namun aku berhasil melawannya
6.
Alur
(waktu, tempat dan suasana)
Ø Waktu
·
Siang
(Waktu siang
mentari menyedap peluh)
·
Malam
(Malam
muntahkan serdadu Belanda dari utara)
·
Pagi (Kokok ayam jantan esoknya
bukanlah tanda menang)
Ø Tempat
·
Kuburan
(Datang yang
berkabar bau kemboja, dari sepotong bumi keramat di bukit)
·
Hutan
jati (Noda Sumilah
terpahat juga di hutan-hutan jati)
·
Sumur
(Dikejar daku
putar-putar sumur tapi kukibas dia, Tersungkur ia bersama nafsunya kesumur)
Ø Suasana
·
Mencekam (Dengan kembang-kembang api
jatuh peluru meriam pertama, malam muntahkan serdadu Belanda dari utara, tumpah
darah lelaki)
·
Sedih (Roh Sumilah meratap
dikungkung rindunya, Sedihlah yang bercinta kerna pisah, Lebih sedihlah bila
noda terbujur antaranya, merataplah semua meratap, kerna yang mati menggenggam
dendam)
7.
Pesan
atau Amanat
a)
Selama
berpisah dari pasangannya, seorang perempuan harus menjaga kehormatannya dan
kesetiannya.
b)
Bagi
pasangan yang dipisahkan waktu dan jarak seharusnya saling menaruh percaya dan
menjaga kepercayaan pasangannya, jangan mudah terprofokasi oleh kabar atau
berita yang tidak ada buktinya
c)
Cinta
tidak harus memiliki, ini berarti tidak seharusnya berakhir dengan kematian
apabila tidak kesampaian. Masih ada yang lebih penting lagi selain urusan cinta
dalam kehidupan, seperti keluarga, karir, pendidikan dan lain-lain.
8.
Interpretasi
kehidupan
Pengaplikasiannya dalam era sekarang sesuai dengan tiga point dari
pesan atau amanat tersebut.