Kamis, 26 November 2015

DRAMA dan SANDIWARA

LAPORAN
UNSUR PEMENTASAN DRAMA
“SANDIWARA GELORA BUANA TAMBI”
Diajukan Sebagai Tugas UTS (Ujian Tengah Semester)
Mata Kuliah Apresiasi Drama Indonesia Semester V
Ade Hasanudin, M.Pd

DISUSUN OLEH :
USWATUN KHASANAH
IKLIMAH
UNES
  



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP NU INDRAMAYU
2015






KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami  dapat menyelesaikan tugas laporan ini dalam mata kuliah Apresiasi Drama Indonesia yang bertemakan “Unsur Pementasan Drama (Sandiwara Gelora Buana)”.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan sebagainya. Maka penulis mengharapkan kritikan ataupun saran untuk perbaikan makalah dihari yang akan datang.
Demikian sebagai kata pengantar, denga harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semuanya saya ucapkan terimakasih.
Indramayu, 18 November 2015
                                                                                                        Penyusun
                                                                                                       
                                                                                                       






DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGATAR...................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah ....................................................................      1
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1  Sejarah Singkat Sandiwara Gelora Buana..................................... 2
2.2  Unsur-unsur Pementasan Sandiwara Gelora Buana................. .... 2
BAB III PENUTUP............................................................................................ 6
3.1  Simpulan........................................................................................ 6
3.2  Saran.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Drama dapat diartikan perasaan manusia yang bereaksi di depan mata, drama dapat ditulis dalam bentuk puisi dan prosa, tetapi tanpa ada aksi, tidak bisa dikatakan drama. Drama berasal dari bahasa Yunani “Drumei” yang artinya berbuat, berlaku, bertindak atau beraksi (Waluyo:2001:2). Menurut W. S. Rendra (1993: 97) mengatakan bahwa drama atau sandiwara yaitu seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang dengan mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata-kata.
Setelah kami mendapatkan pembelajaran dari Dosen mengenai drama, Beliau memberikan sebuah pertanyaan? “ apakah sandiwara termasuk drama?, jika iya, coba kalian cari tahu bagaimana sebuah sandiwara dipentaskan mulai dari persiapan naskah sampai dapat dinikmati oleh penonton”. Hal tersebut yang melatar belakangi Kami untuk melakukan praktek lapangan ke sebuah Sanggar dari Sandiwara Gelora Buana yang tepat ada di desa Tambi Kec. Sliyeg Kab. Indramayu untuk mengetahui dan memahami bagaimana unsur-unsur dari sandiwara.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Sejarah singkat sandiwara Gelora Buana Tambi
b.      Unsur-unsur pementasan sandiwara Gelora Buana Tambi
1.3  Tujuan
a.       Mengetahui sejarah singkat dari sandiwara Gelora Buana
b.      Mengetahui dan memahami unsur-unsur pementasan sandiwara Gelora Buana







BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Singkat Sandiwara Gelora Buana
Gelora Buana digagas oleh seorang perempuan yang penuh dengan jiwa seni dengan misi untuk melestarikan kesenian sandiwara, yaitu ibu Munaini pada tahun 1981. Namun, Gelora Buana mulai tampil di berbagai daerah khususnya wilayah Indramayu dan Cirebon pada tahun 1991.
Merintis dari awal tanpa takut dan lelah. Beliau memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin ikut dalam kesenian tanpa ada rasa mengecilkan orang lain, siapa pun boleh mendaftar menjadi pemain dalam sandiwaranya dan ternyata menurut beliau banyak sekali orang yang ingin bergabung dalam groupnya.
Dulu dan sekarang sangat berbeda, jaman sudah berkembang mengikuti teknologi, dan tidak sedikit orang-orang telah meninggalkan kesenian ini. Mereka lebih memilih menonton film di bioskop dengan alasan kenyamanan tempat dan lain sebagainya.
Rasa cinta beliau terhadap kesenian ini menular ke putrinya yang bernama Eti Suhaeti Subrata yang sekarang menjadi penerus generasi ke-dua dari kesenian sandiwara Gelora Buana. Lambat tahun padi mulai menguning sama seperti Ibu Munaini lambat tahun beliau tidak selincah seperti dulu yang pernah mencicipi peran sebagai sinden, serimpi, dan tokoh utama dalam berbagai lakon yang telah disajikan ke penonton. Dengan alasan bahwa Ia sudah berumur 65 tahun lebih, kini urusan mengenai Sandiwara Gelora Buana diserahkan kepada putrinya dengan Suaminya, sekarang Ibu Munaini yang dulu menjadi penyaji lakon dalam berbagai karakter sekarang Ia duduk manis melihat Sandiwara yang dengan susah payah Ia rintis berbuah manis.

2.2  Unsur-unsur Pementasan Sandiwara Gelora Buana
Sandiwara terdiri dari dua kata yaitu Sandi dan Wara, kata sandi dap diartikan rahasia dan Wara berarti memberitahu, jadi dapat disimpulkan bahwa sandiwara yaitu sebuah pementasan yang di dalamnya mengandung sebuah rahasia atau amanah yang tersirat melalui peran-peran atau lakon-lakon tertentu. Istilah sandiwara dikemukakan oleh Sri Paduka Mangku Negoro VII di Surakarta, dan sekarang istilah tersebut sudah menyebar ke mana-mana.
Pementasan sandiwara merupakan kesenian yang sangat kompleks. Karena seni ini bukan saja melibatkan seniman, melainkan mengandung banyak busur. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1.      Naskah
Bila Anda akan mengadakan pertunjukan drama atau sandiwara yang dibutuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut berisi nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan, keadaan panggung. Bahkan kadang-kadang dilengkapi tentang tata busana, tata lampu dan tata suara(musik pengiring). Naskah drama mengutamakan pembicaraan tokoh, penuturan ceritanya melalui dialog. Permainan drama dibagi atas babak. Tiap babak berisi satu peristiwa dengan waktu dan suasana tertentu. Untuk memudahkan para pemain drama, naskah juga dilengkapi dengan keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda atau peralatan yang dibutuhkan setiap babak, dan sebagainya.
Ketika kami bertanya ke ketua dari Sandiwara Gelora Buana, mereka melakukan sebuah adegan tidak perlu diberikan naskah untuk menghafal, tetapi cukup dengan arahan Sutradara membagikan atau menunjuk peran atau tokoh tertentu pada pemain. Jadi, naaskah dalam sandiwara tidak tertulis seperti naskah-naskah dalam sinetron atau sebagainya, karena dalam sandiwara mereka berimprovisasi dengan kata-kata tanpa mengubah jalannya sebuah cerita.
2.      Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Jumlah pemain akan tergantung dari tokoh yang dipentaskan. Seorang pemain harus benar-benar seperti tokoh yang dimainkan. Untuk itu, ia harus menguasai dan mampu memerankan watak, tingkah dan busana lain yang mendukungnya.
Pemain-pemain dalam sandiwara Gelora Buana yaitu para pemain tetap, mereka sudah menghayati setiap tokoh yang diperankannya dengan profesional. Walaupun berganti-ganti peran, para pemain sudah tahu harus bagaimana dengan tokoh yang dibawakannya.
3.      Sutradara
Sutradara adalah pemimpin pementasan drama. Hal yang mula-mula dilakukan seorang sutradara adalah memilih naskah (atau ditulis sendiri). Naskah dibaca berulang-ulang untuk memahami cerita dan menafsirkan bagaimana watak tokoh-tokohnya. Selanjutnya memilih pemain yang akan memerankan tokoh dalam naskah. Pemain yang telah terpilih akan dibimbing dan diarahkan oleh sutradara agar mampu memerankan tokoh dengan baik. Selain itu, ia harus menunjuk penata rias, busana. lampu, dan suara. Pada akhirnya ia harus bekerja sama dengan para petugas dan mengkoordinasikan semua bagian.
Dalam sandiwara, sutradara sangat berperan banyak karena sutradaralah yang mengatur jalannya sebuah cerita dalam pementasan dan bertanggung jawab penuh dengan kesuksesan pementasan. Sutradara yang menunjuk setiap tokoh beserta peran dan menjelaskan bagaimana alur cerita dimulai sampai berakhir.
4.      Tata Rias
Tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang mengerjakannya disebut penata rias. Dalam sebuah sandiwara para pemain merias diri mereka sendiri tanpa ada bantuan dari penata rias, kalaupun membutuhkan bantuan teman mereka sendiri yang membantu riasan tersebut tanpa adanya seorang penata rias ikut campur di dalamnya.
5.      Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bahan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana erat sekali dengan tata rias, sehingga tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap dengan penata rias.
Busana yang dikenakan pemain ternyata sudah dipersiapkan oleh setiap pemain, tanpa harus meminta busana pada seorang penata busana. Para pemain sudah tahu kalau menjadi tokoh ini maka ia harus mengenakan baju seperti itu, hanya saja busana yang terlalu rumit seperti Nyi Blorong atau Ratu Pantai Selatan busananya meminjam ke salon atau tempat peminjaman baju.
6.      Tata Panggung dan Tata Lampu
Tata panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Biasanya letaknya di depan tempat duduk penonton dan lebih tinggi dari kursi penonton. Tujuannya agar penonton yang duduk di kursi paling belakang dapat melihat apa yang ada di panggung.  Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Panggung harus menggambarkan tempat, waktu dan suasana terjadinya sebuah peristiwa.
Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, lampu erat sekali hubungannya dengan tata panggung. Pengaturan cahaya di panggung harus menggambarkan keadaan /peristiwa yang sedang terjadi di atas panggung.
Penata panggung dalam sandiwara menyatu dengan penata lampu dan sound, jadi orang-orang tersebut yang menata sedemikian rupa panggung agar terlihat asli seperti apa yang diharapkan dan sinkron dengan cerita yang dibawakan. Begirupun dengan lampu dan sound agar suara atau efek suara dari pementasan dapat lebih mendukung sebuah cerita yang dipentaskan.
7.      Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara, melainkan musik pengiring juga. Musik pengiring diperlukan juga agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan mantap bagi para penonton. Alat musik yang biasanya digunakan, misalnya seruling, biola, organ, dan sebagainya.
Dalam pementasan Sandiwara musik pengiring sangat berpengaruh untuk membuat efek lebih hidup dan nyata dalam membawakan sebuah cerita atau lakon. Dengan adanya musik pengiring penonton diajak untuk larut dalam setiap adegan-adegan yang sedang dipentaskan.
8.      Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Siapakah penonton? Penonton adalah orang-orang yang mau datang ke tempat pertunjukan. Penonton pun dapat dikategorikan menjadi penonton iseng, penonton peminat dan penonton penasaran.
Ketika kami bertanya tentang bagaimana penonton dalam sebuah pementasan sandiwara, Ibu Munaini menceritakan berbagai macam perilaku dari penonton, ada penonton yang memang dengan serius melihat pementasan, ada penonton yang memang mengikuti setiap alur cerita dalam setiap adegan-adegan dan ada pula penonton yang hanya sekedar iseng-iseng saja.




BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
Dari uraian pembahasan pada bab pembahasan, dapat kami simpulkan :
a.    Sebuah sandiwara biasanya dari generasi ke generasi, atau bakatnya turun temurun ke anak cucu, setelah mengetahui sejarah singkat dari sandiwara, tidak mudah untuk melestarikan sebuah kesenian daerah, karena lambat tahun jika tidak membuat inovasi-inovasi baru dan perbaikan dalam semua aspek dalam sandiwara, tidak kemungkinan kesenian ini akan ditinggalkan dan tergantikan oleh kebiasaan dari barat
b.   Unsur-unsur dalam pementasan drama dengan sandiwara ternyata sama saja, yang membedakan yaitu naskah tidak diberikan satu persatu kepada para pemain untuk dihafalkan tetapi, cukup dengan memberikan penjelasan judul yang akan dimainkan kemudian dibagi perannya, dalam sandiwara pun tata rias, tata busana dilakukan sendiri oleh para pemainnya, dan penata panggung lampu dan sound dijadikan satu.
3.2  Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya untuk kami dan umumnya untuk yang membaca, dan setelah mengetahui bagaimana uniknya dari sebuah sandiwara kita akan lebih menghargai para seniman-seniman daerah yang sudah rela terus melestarikan sebuah seni dan warisan bangsa.





BUKTI FOTO







Kamis, 29 Oktober 2015

OUTLINE MATA KULIAH PSIKOLINGUISTIK

 OUTLINE MATA KULIAH PSIKOLINGUISTIK

Matakuliah                : Psikolinguistik
Bobot                          : 3 SKS
Program                     : Strata Satu (SI)
Program Studi           : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Jumlah pertemuan    : 14 kali

1. Deskripsi Matakuliah
        Psikolinguistik merupakan sebuah kajian baru yang dimana muncul pertama kali pada tahun 1954 dan merupakan gagasan dari George Miller dan Charles Osgood yang di jabarkan oleh Sundusiah dalam artikelnya “Sejarah Perkembangan Psikolinguitsik”. Psikolinguistik adalah gabungan dari dua bidang ilmu yakni Psikologi dan Linguistik. Psikologi adalah sebuah bidang ilmu yang berfokus pada jiwa, pikiran, atau emosional manusia, sedangkan Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa manusia. Munculnya sebuah ketertarikan untuk melihat hubungan antara jiwa, emosional, pikiran manusia dengan mempelajari bahasa menyebabkan terbentuknya disiplin ilmu baru yang sekarang disebut Psikolinguistik. Adapun objek dari bidang ilmu ini adalah peroses mempelajari bahasa yang dapat tercermin dari gejala jiwa manusia.
Dari gagasan alternatif penyatuan baik langsung maupun tidak langsung, kami berkesimpulan bahwa dua disiplin ilmu tadi akan sangat menarik bila disatukan di dalam wadah lain yang dalam hal ini adalah pembelajaran bahasa.
2. Kompetensi
        Mahasiswa mampu memperluas wawasan sendiri, mengapresiasi PBSI, kemudian berani mengkritisi dan memberikan gagasan alternatif dalam berbagai segi PBSI.



3. StrategiPembelajaran
  1. Diskusi
4. Evaluasi
a.       Kehadiran(20%)
b.      Penyusunan Makalah/ Revisi Makalah (20 %)
c.       Kualitas presentasi dan timbale balik lisan yang diberikan kepadas sesama mahasiswa terkait dengan ide tulisannya (25%)
d.      UAS  (35 %)
2.    DaftarPustaka
1.      Abdul Chaer, 2003, Psikolinguistik, Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta
2.      Brown, D. H. 2000, Principles of Language Learning and Teaching,San Francisco: StateUniversity
3.      Brown, D. H. 2001, Teaching by Principles An Interactive Approach to Language Pedagogy, San Francisco: StateUniversity.
4.      Dardjowidjojo, Soenjono. 2008, Psikolinguistik,Jakarta: OborIndonesia.
5.      Hill, W. F. 2009, Theories of  Learningterj,Bandung: Nusamedia.
6.      Jalaluddin, Rakhmat, 2002, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
7.      Mc.Donough,Steven, Psychology in Foreign Language Teaching, (London: George Allen & UNWIN, 1981)
8.      Nababan, P.W.J. 1984.Sosiolinguistik,Jakarta: PT Gramedia.
9.      Richards, C. Jack, Theodore S. Rodgers. 1993, Approaches and Methods in Language          Teaching,Cambridge: University press.
10.  Rivers,Wilga M, The Psychologist and the foreign Language Teacher, (Chicago:TheUnivercity of Chicago Press, 1964)

11.  Sumarsono. 2007, Sosiolinguistik, Yogyakarta: SABDA.






TIME LINE
(JADWAL KULIAH)

No
Tanggal
Topik-topikPerkuliahan
Keterangan
1

Perkenalan, Kontrak belajar, dan Orientasi
Dosen
2

a.       Cabang-cabang Psikolinguistik
b.      PerkembangandanTokoh-tokohPsikolinguistik
Dosen
3

BAHASA MANUSIA: HAKIKAT, CIRI, DAN PROSES
  1. Hakikat Bahasa Manusia
  2. Ciri-ciri Bahasa Manusia
Mhs
4

  1. Hakekat pemerolehan bahasa
  2. Kemampuanan bahasa pertama

Mhs
5

  1. Pengertian dan proses kemampuan bahasa kedua
  2. faktorfaktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa
  3. teori kemampuan bahasa kedua
Mhs
6

a.       Strategi kemampuanan bahasa kedua
b.      Komponen pembelajaran bahasa
c.       Manfaat Psikolinguistik dalam pembelajaran
d.      Keterampilan berbahasa
Mhs
7

Anak-anak dengan Kelainan Bicara dan  Bahasa
a.       Definisi kelainan bicara dan bahasa
b.      Penyebab terjadinya kelainan bicara dan bahasa
c.       Karakteristik anak dengan kelainan bicara dan bahasa
d.      Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus
Mhs

Kaplongan, 20 Oktober  2015

Dosen


(Juju Romlah, M.Pd.I)