LAPORAN
UNSUR PEMENTASAN DRAMA
“SANDIWARA GELORA BUANA
TAMBI”
Diajukan Sebagai Tugas UTS (Ujian
Tengah Semester)
Mata Kuliah Apresiasi Drama Indonesia Semester V
Ade
Hasanudin, M.Pd
DISUSUN OLEH :
USWATUN KHASANAH
IKLIMAH
UNES
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP
NU INDRAMAYU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dalam mata kuliah Apresiasi Drama Indonesia yang bertemakan “Unsur Pementasan
Drama (Sandiwara Gelora Buana)”.
Mungkin
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan,
isi dan sebagainya. Maka penulis mengharapkan kritikan ataupun saran untuk perbaikan
makalah dihari yang akan datang.
Demikian
sebagai kata pengantar, denga harapan semoga tulisan sederhana ini dapat
diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semuanya saya ucapkan terimakasih.
Indramayu,
18 November 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGATAR...................................................................................... .... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. .... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1 Sejarah Singkat Sandiwara Gelora Buana..................................... 2
2.2 Unsur-unsur Pementasan Sandiwara Gelora Buana................. .... 2
BAB
III PENUTUP............................................................................................ 6
3.1 Simpulan........................................................................................ 6
3.2 Saran.............................................................................................. 6
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Drama dapat diartikan
perasaan manusia yang bereaksi di depan mata, drama dapat ditulis dalam bentuk
puisi dan prosa, tetapi tanpa ada aksi, tidak bisa dikatakan drama. Drama
berasal dari bahasa Yunani “Drumei” yang artinya berbuat, berlaku, bertindak
atau beraksi (Waluyo:2001:2). Menurut W. S. Rendra (1993: 97) mengatakan bahwa
drama atau sandiwara yaitu seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang
dengan mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata-kata.
Setelah kami mendapatkan
pembelajaran dari Dosen mengenai drama, Beliau memberikan sebuah pertanyaan? “
apakah sandiwara termasuk drama?, jika iya, coba kalian cari tahu bagaimana
sebuah sandiwara dipentaskan mulai dari persiapan naskah sampai dapat dinikmati
oleh penonton”. Hal tersebut yang melatar belakangi Kami untuk melakukan
praktek lapangan ke sebuah Sanggar dari Sandiwara Gelora Buana yang tepat ada
di desa Tambi Kec. Sliyeg Kab. Indramayu untuk mengetahui dan memahami
bagaimana unsur-unsur dari sandiwara.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Sejarah singkat
sandiwara Gelora Buana Tambi
b.
Unsur-unsur
pementasan sandiwara Gelora Buana Tambi
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui
sejarah singkat dari sandiwara Gelora Buana
b.
Mengetahui dan
memahami unsur-unsur pementasan sandiwara Gelora Buana
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Sandiwara Gelora
Buana
Gelora
Buana digagas oleh seorang perempuan yang penuh dengan jiwa seni dengan misi
untuk melestarikan kesenian sandiwara, yaitu ibu Munaini pada tahun 1981.
Namun, Gelora Buana mulai tampil di berbagai daerah khususnya wilayah Indramayu
dan Cirebon pada tahun 1991.
Merintis
dari awal tanpa takut dan lelah. Beliau memberikan kesempatan bagi siapa saja
yang ingin ikut dalam kesenian tanpa ada rasa mengecilkan orang lain, siapa pun
boleh mendaftar menjadi pemain dalam sandiwaranya dan ternyata menurut beliau
banyak sekali orang yang ingin bergabung dalam groupnya.
Dulu
dan sekarang sangat berbeda, jaman sudah berkembang mengikuti teknologi, dan
tidak sedikit orang-orang telah meninggalkan kesenian ini. Mereka lebih memilih
menonton film di bioskop dengan alasan kenyamanan tempat dan lain sebagainya.
Rasa
cinta beliau terhadap kesenian ini menular ke putrinya yang bernama Eti Suhaeti
Subrata yang sekarang menjadi penerus generasi ke-dua dari kesenian sandiwara
Gelora Buana. Lambat tahun padi mulai menguning sama seperti Ibu Munaini lambat
tahun beliau tidak selincah seperti dulu yang pernah mencicipi peran sebagai
sinden, serimpi, dan tokoh utama dalam berbagai lakon yang telah disajikan ke
penonton. Dengan alasan bahwa Ia sudah berumur 65 tahun lebih, kini urusan
mengenai Sandiwara Gelora Buana diserahkan kepada putrinya dengan Suaminya,
sekarang Ibu Munaini yang dulu menjadi penyaji lakon dalam berbagai karakter
sekarang Ia duduk manis melihat Sandiwara yang dengan susah payah Ia rintis
berbuah manis.
2.2 Unsur-unsur Pementasan Sandiwara
Gelora Buana
Sandiwara terdiri dari dua kata yaitu
Sandi dan Wara, kata sandi dap diartikan rahasia dan Wara berarti memberitahu,
jadi dapat disimpulkan bahwa sandiwara yaitu sebuah pementasan yang di dalamnya
mengandung sebuah rahasia atau amanah yang tersirat melalui peran-peran atau
lakon-lakon tertentu. Istilah sandiwara dikemukakan oleh Sri Paduka Mangku
Negoro VII di Surakarta, dan sekarang istilah tersebut sudah menyebar ke
mana-mana.
Pementasan sandiwara merupakan kesenian
yang sangat kompleks. Karena seni ini bukan saja melibatkan seniman, melainkan
mengandung banyak busur. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1.
Naskah
Bila Anda akan mengadakan pertunjukan drama atau sandiwara yang dibutuhkan pertama-tama
adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita atau
lakon. Dalam naskah tersebut berisi nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang
diucapkan, keadaan panggung. Bahkan kadang-kadang dilengkapi tentang tata
busana, tata lampu dan tata suara(musik pengiring). Naskah drama mengutamakan
pembicaraan tokoh, penuturan ceritanya melalui dialog. Permainan drama dibagi
atas babak. Tiap babak berisi satu peristiwa dengan waktu dan suasana tertentu.
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah juga dilengkapi dengan keterangan
atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain,
tempat terjadinya peristiwa, benda-benda atau peralatan yang dibutuhkan setiap
babak, dan sebagainya.
Ketika kami bertanya ke ketua dari Sandiwara Gelora Buana, mereka melakukan
sebuah adegan tidak perlu diberikan naskah untuk menghafal, tetapi cukup dengan
arahan Sutradara membagikan atau menunjuk peran atau tokoh tertentu pada pemain.
Jadi, naaskah dalam sandiwara tidak tertulis seperti naskah-naskah dalam
sinetron atau sebagainya, karena dalam sandiwara mereka berimprovisasi dengan
kata-kata tanpa mengubah jalannya sebuah cerita.
2.
Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Jumlah pemain akan tergantung
dari tokoh yang dipentaskan. Seorang pemain harus benar-benar seperti tokoh
yang dimainkan. Untuk itu, ia harus menguasai dan mampu memerankan watak,
tingkah dan busana lain yang mendukungnya.
Pemain-pemain dalam sandiwara Gelora Buana yaitu para pemain tetap, mereka
sudah menghayati setiap tokoh yang diperankannya dengan profesional. Walaupun
berganti-ganti peran, para pemain sudah tahu harus bagaimana dengan tokoh yang
dibawakannya.
3.
Sutradara
Sutradara adalah pemimpin pementasan drama. Hal yang mula-mula dilakukan
seorang sutradara adalah memilih naskah (atau ditulis sendiri). Naskah dibaca
berulang-ulang untuk memahami cerita dan menafsirkan bagaimana watak
tokoh-tokohnya. Selanjutnya memilih pemain yang akan memerankan tokoh dalam
naskah. Pemain yang telah terpilih akan dibimbing dan diarahkan oleh sutradara
agar mampu memerankan tokoh dengan baik. Selain itu, ia harus menunjuk penata
rias, busana. lampu, dan suara. Pada akhirnya ia harus bekerja sama dengan para
petugas dan mengkoordinasikan semua bagian.
Dalam sandiwara, sutradara sangat berperan banyak karena sutradaralah yang
mengatur jalannya sebuah cerita dalam pementasan dan bertanggung jawab penuh
dengan kesuksesan pementasan. Sutradara yang menunjuk setiap tokoh beserta
peran dan menjelaskan bagaimana alur cerita dimulai sampai berakhir.
4.
Tata Rias
Tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang mengerjakannya disebut
penata rias. Dalam sebuah sandiwara para pemain merias diri mereka sendiri
tanpa ada bantuan dari penata rias, kalaupun membutuhkan bantuan teman mereka
sendiri yang membantu riasan tersebut tanpa adanya seorang penata rias ikut
campur di dalamnya.
5.
Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bahan, model, maupun cara
mengenakannya. Tata busana erat sekali dengan tata rias, sehingga tugas
mengatur pakaian pemain sering dirangkap dengan penata rias.
Busana yang dikenakan
pemain ternyata sudah dipersiapkan oleh setiap pemain, tanpa harus meminta
busana pada seorang penata busana. Para pemain sudah tahu kalau menjadi tokoh
ini maka ia harus mengenakan baju seperti itu, hanya saja busana yang terlalu rumit
seperti Nyi Blorong atau Ratu Pantai Selatan busananya meminjam ke salon atau
tempat peminjaman baju.
6.
Tata Panggung
dan Tata Lampu
Tata panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Biasanya
letaknya di depan tempat duduk penonton dan lebih tinggi dari kursi penonton.
Tujuannya agar penonton yang duduk di kursi paling belakang dapat melihat apa
yang ada di panggung. Tata panggung
adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Panggung harus
menggambarkan tempat, waktu dan suasana terjadinya sebuah peristiwa.
Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, lampu erat
sekali hubungannya dengan tata panggung. Pengaturan cahaya di panggung harus
menggambarkan keadaan /peristiwa yang sedang terjadi di atas panggung.
Penata panggung dalam
sandiwara menyatu dengan penata lampu dan sound, jadi orang-orang tersebut yang
menata sedemikian rupa panggung agar terlihat asli seperti apa yang diharapkan
dan sinkron dengan cerita yang dibawakan. Begirupun dengan lampu dan sound agar
suara atau efek suara dari pementasan dapat lebih mendukung sebuah cerita yang
dipentaskan.
7.
Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara, melainkan musik pengiring
juga. Musik pengiring diperlukan juga agar suasana yang digambarkan terasa
lebih meyakinkan dan mantap bagi para penonton. Alat musik yang biasanya
digunakan, misalnya seruling, biola, organ, dan sebagainya.
Dalam pementasan
Sandiwara musik pengiring sangat berpengaruh untuk membuat efek lebih hidup dan
nyata dalam membawakan sebuah cerita atau lakon. Dengan adanya musik pengiring
penonton diajak untuk larut dalam setiap adegan-adegan yang sedang dipentaskan.
8.
Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Siapakah penonton? Penonton
adalah orang-orang yang mau datang ke tempat pertunjukan. Penonton pun dapat
dikategorikan menjadi penonton iseng, penonton peminat dan penonton penasaran.
Ketika kami bertanya
tentang bagaimana penonton dalam sebuah pementasan sandiwara, Ibu Munaini
menceritakan berbagai macam perilaku dari penonton, ada penonton yang memang
dengan serius melihat pementasan, ada penonton yang memang mengikuti setiap
alur cerita dalam setiap adegan-adegan dan ada pula penonton yang hanya sekedar
iseng-iseng saja.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari
uraian pembahasan pada bab pembahasan, dapat kami simpulkan :
a. Sebuah
sandiwara biasanya dari generasi ke generasi, atau bakatnya turun temurun ke
anak cucu, setelah mengetahui sejarah singkat dari sandiwara, tidak mudah untuk
melestarikan sebuah kesenian daerah, karena lambat tahun jika tidak membuat
inovasi-inovasi baru dan perbaikan dalam semua aspek dalam sandiwara, tidak
kemungkinan kesenian ini akan ditinggalkan dan tergantikan oleh kebiasaan dari
barat
b. Unsur-unsur
dalam pementasan drama dengan sandiwara ternyata sama saja, yang membedakan
yaitu naskah tidak diberikan satu persatu kepada para pemain untuk dihafalkan
tetapi, cukup dengan memberikan penjelasan judul yang akan dimainkan kemudian
dibagi perannya, dalam sandiwara pun tata rias, tata busana dilakukan sendiri
oleh para pemainnya, dan penata panggung lampu dan sound dijadikan satu.
3.2 Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khusunya untuk kami dan umumnya untuk yang
membaca, dan setelah mengetahui bagaimana uniknya dari sebuah sandiwara kita
akan lebih menghargai para seniman-seniman daerah yang sudah rela terus
melestarikan sebuah seni dan warisan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
(2012). Unsur-unsur Pementasan Drama. [Online]. http://bahasaindonesiayh.blogspot.co.id/2012/03/unsur-unsur-pementasan-drama.html[18 november 2015]
(2013). Unsur-unsur Pementasan Drama. [online].
http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-9-unsur-pementasan-drama/. [18 November 2015]
BUKTI FOTO