BUKAN ROMAN PICISAN
Roman
bukan nama orang dan nama tempat. Namun sepercik cerita yang ada dalam hidup perempuan
sederhana RIMA dengan IDRUS.
Zamanku
berbeda dengan zaman cerita dulu, yang dipertemukan dalam suatu kejadian
bertabrakan atau tak sengaja bertemu dalam pesta. Zamanku ini sudah canggih
dengan segala kemajuan teknologinya, dengan segala macam media sosialnya seperti
facebook, twitter, instagram, whatapp dan lainnya.
Dia
ternyata kakak kelas yang aku kagumi sejak dulu, bukan karena keaktifan dalam
kegiatan organisasi. Namun karena prestasi yang di ceritakan oleh teman ku
sendiri. Lina bilang kepada ku kalau dia adalah salah seorang siswa yang sangat
pandai dalam hal komputer, menceritakan semua yang dia alami ketika terpilih dalam
kegiatan tersebut. Iri rasanya aku dengan nasib Lina ini, bisa bercanda bersama
dengan si Dia. Namun aku pun senang mendengarkan hal itu karena temanku sendiri
terpilih mengikuti kegiatan tersebut.
Suatu
malam...
Rasa
penasaran yang menghampiri ingin sekali aku bisa mengenal dan dekat dengan Dia.
Tuhan itu maha adil, Dia menjawab semua keinginanku dimalam itu, namun dengan
sebuah usaha juga..(hehehe)
Ku
cari nama Dia dalam jejaring sosial facebook. Eits... sebenarnya aku sudah
mengenal dia, bahkan sudah sampai ejek-ejekan karena nama ku ini Rima dia
memanggilku “Soimah” kalau untuknya tentu aku pun ada nama ejekan tapi rahasia
ah..
Setelah
berteman di facebook, pertama aku yang mengiring inbok sampai larut malam, hari
berikutnya pun sama sampai dimana hari aku tak menjumpainya dalam keadaan ON. Menunggu
dan menunggu dia tak kunjung dia hadir, sampai hari berikutnya dan berikutnya. Merasa
mulai pesimis, harapanku yang tadi FULL sekarang tinggal 25% saja. Ku tulis
sebuah status “Ingin rasanya aku meminta no. Dia “.
Tuhan
ku selalu sayang dengan ku, harapan itu mulai terisi lagi ternyata Dia tahu
status aku ini, balasan dia pun kuterima “Kenapa kok kayanya rima marah, kalau
mau nih no. Aku 085xxxxxxxx aku sudah jarang OL”. Malu rasanya seperti apa saja
aku ini, tapi ya sudahlah syukuri saja yang sudah dia kasih.
Semangat
’45 aku pun muncul kembali, seperti matahari muncul dari belakang ku “Criiiiiing”
(ilustrasi kartun sinchan). Karena aku yang suka dengan dia tak aku sia-siakan
untuk langsung mengirim pesan singkat “Assalamualaikum... Selamat pagi..” aku
lupa lanjutanya. Hehehe
Sampai
di hari yang menurutku istmewa “25 ... 2012“
Mungkin
aku yang mengungkapkan rasa yang sudah aku pendam namun tetap terlihat olehnya,
“Aku ini suka sama kamu, ngerti engga sih?”, Alhamdulilah dia pun merespon
baik, kalau tidak “Gubrak....Malunya aku, mana panji, mana panji? hehehe”
“Ya
udah, Rima mau engga jadi pacar aku?”, ih.... udah tahu akunya suka masa mau
bales tidak mau, ya langsung “iya, Aku mau” atau aku bales “Engga..............
tapi engga mau nolak kamu”. Hemmmmmmmmmm........
Tepat
jam 00.15, resmi dong jadian di sms, tapi masa Cuma lewat sms, langsungnya
kapan?
Jangan
di kira Idrus ini cuek lalu tak berani yah, WOW banget menurutku.
Hubungan
ini kami jalani, aku yang suka dengannya malah aku pula yang sering
menyakitinya. Kalau kata orang “hubungan kalau tak ada krikil itu tak asik,
bagai sayur tanpa kuah.” Hehehe
Munculah
masalah pertama dari sahabat perempuan dia yang ternyata menyuakinya. Sedih bukan
karena aku tak suka, namun sedih ku karena takut kalau nanti aku kehilangan
dia. Namun, kejujuran dan keterbukaan dia membuat aku percaya. (hemmmmmm so
sweet).
Mungkin
hubungan pertama kami ini di mulai dengan rasa yang berbeda, dia menerima ku
karena dia ingin menyemangatiku saja. Belakangan ini dia jujur berkata seperti
itu, harga sebuah kejujuran itu mahal dan aku tak dapat membayarnya kecuali
dengan rasa percaya ku ini. Kata dia “Dulu memang karena aku ingin menyemangati
saja, namun sekarang sudah ada rasa sayang yang lebih”
Tak
masalah aku ingin tetap bersama dia kok J
Sudah
ku bilang, aku sering menyakitinya. Jika dirumuskan maka seperti ini
Sakit
hati Idrur = Rima tak jujur + Rima tak terbuka + Rima sering buat kesal +Dll
Hahaha.....
banyak banget.
Memang
benar, Idrus itu penyemangat aku sampai pada kenaikan kelas aku masuk 3 besar,
namun kenaikan itu juga menjadi momen kelulusan Dia. Sedih tapi kenapa harus
sedih toh bisa ketemuan.
Aku
ingin menunjukkan kepadanya, dalam hati pun ingin berkata “a’, aku masuk tiga
besar karena a’ juga makasih buat semuanya”. Hemmmmm walau tak dapat berucap
seperti itu, ucapan itu aku tulis dalam sebuah pesan.
Sosok
mandiri yang ku kenal ini, harus pergi ke Jakarta untuk belanja karena dia
membuka konter HP, ini yang membuatku tak dapat mengetakannya langsung. Sesibuknya
dia tetap aku selalu diperhatikan kok, buktinya dia mengantarkan pulang aku.
Tak
semulus jalan tol kata orang...
Sehabis
jalan, tepat di rumahku dia bilang “Rima, mending kita putus dulu biar kita
sama-sama fokus di pendidikan”. hancur hati aku seketika mendengarnya, tapi mau
bagaimana menurutnya ini hal yang terbaik yang bisa dia lakukan (Crang.... kaca
terpecah).
Putus
kami pun tak berarti kami hilang komunikasi, aku tak pernah menganggap hubungan
ini putus, dia tetap pacar yang baik tak ada kata mantan dalam hati dan
pikiranku karena semangat aku ini ada dalam dirinya.
Sampai
di suatu keadaan yang membuat keadaan seperti dulu.
Diawali
dari kesalahanku berujung pada kembalinya hubungan kami.
Aku
tak bisa melupakan dia, karena aku merasa dia sudah tak mau denganku lagi, aku
pun mencoba membuka hati untuk yang lain dan ternyata dia adalah sahabatnya
Idrus.
Aku
dengan sahabatnya hanya bertahan hitungan hari, karena perasaanku tak dapat
dibohongi aku teramat sayang dengan dirinya. Ku katakan “Mending kita berteman
saja, sekalipun kita lanjutkan hubungan ini akan menyakitkan diantara kita”.
Hari
itu ke-20 puasa, rasa kangen yang mendorongku untuk menghubungi Idrus kembali, senang
rasanya hati ku ketika dia membalas, ku ceritakan kembali rasa sayangku padanya
yang belum ada yang menggantikan, menangis ketika aku baca sms balasannya, dia
pun merasakan hal yang sama. Aku tak mau mensia-siakan untuk sekarang ini, kami
pun bercerita tentang hal yang kami alami ketika tak bersama beberapa bulan
lalu. Ku tahu rasanya dan dia tahu rasaku.
Aku
tak mau menjadi Rima yang dulu, yang sayang namun menyakitkan
Ku
tanamkan dalam hati ku yakinkan dalam diri, Aku akan menjaga hatimu seperti kau
jaga hatiku samapai kapanpun, dan semoga Tuhan menjadikan sebagai pasangan
halal.
Derai
air mata
Tangis
bahagia
Duka
atau lara yang membekas
Dalam
dirimu yang aku lakukan
Kejujuran
kan ku utamakan
Keterbukaan
akan mengikuti dengan sayang ku ini
Menengoklah
kebelakang
Namun....
Ku
mohon jadikan sebuah pengalaman
Pengalaman
akan kisah dua mudi ini
Muda
yang akan berganti tua
Tua
ini akan berubah renta
Dan
pada saat itu...
Itu....
Itu. . . .
Sandaranku
ingin TUHAN dan KAMU
25 Mei 2012
ACSQI & IQ5H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar