Keong Mas
Janda tersebut mempunyai seorang
anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu
bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran
sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena
selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian
dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan
tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean
kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar,
Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu.
"Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan
rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu
kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian
usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya
sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran
mengancam.
Sedih hati
ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya :
" Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari
nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku"
jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean
mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja"
tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang
merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : "
Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar
akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila
aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke
bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun
mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai
permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang
tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga
dengan keong dalam bahasa Jawanya.
Tersebutlah di Desa Dadapan dua
orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil.
Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian
mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke
dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang
dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan
siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna
kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi.
"Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut
Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa
pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah
liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan
merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah
tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo
Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal
tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah
gerangan yang melakukan hal tersebut.
Suatu hari mereka seperti biasanya
pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian
setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari
dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan
melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang
dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan
udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil.
"Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong
Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke
dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo
ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega
"Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia
biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma
menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar
cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak
angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan
menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut
keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya
dari hari kehari.
Sampailah
tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan
tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk
meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan
dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas
tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja
menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas
untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan
permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar